expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 12 Agustus 2011

Masih ada harapan sebelum mati,

Masih ada harapan sebelum mati,
sebelum kepedihan sampai ke inti.
Mungkin tak ada yang pantas kita
pertahankan, bila pada akhirnya setiap pilihan
cuma mampu melemparkan kita pada kebencian.
(Namun, apakah arti kehidupan, bila kita mesti selalu menyerah pada kenyataan?)
Jadi, baiklah kita lanjutkan saja perjalanan ini,
sambil mencoba meresapi setiap kepedihan,
meski akhirnya keberadaan mesti meluruh
seperti sisa embun di daun jatuh.
Mungkin suatu ketika kita akan terjatuh,
lantas seperti sebatang pohon
(yang telah rubuh)
kita memandang langit dengan mata memohon.
"Tak ada kepastian di sana!"
Mungkin begitu awan-awan akan membentak kita.
Tetapi kita adalahanak-anak kalah
yang selalu bermimpi tentang kemenangan,
kita adalah bagian dari sejarah yang kerap terlupakan.
"Kami tak akan menyerah!"
Mungkin begitu kita akan menantang awan-awan,
sambil sesekali tersenyum kepada kekosongan.
Masih ada harapan sebelum mati,
sebelum kebekuan menuntaskan nyeri.
Atau biarkan jalan-jalan asing
dan berbatu itu perlahan melilit hati dan pikiran kita.
Atau biarkan tangan-tangan waktu yang akan membakar
dan meledakkan perjalanan kita,
lantas seperti asapkita akan bertiup:
sambil mendekap bayang-bayang hidup.
"Tapi kalian
adalah kepedihan, adalah kepedihan,adalah kepedihan!"
Mungkin begitu matahari akan berteriak membentak kita. 
Tapi napas dan keinginan akan tetap menyatu di puncak pencarian,
sedangkan waktu tak pernah tuntas memberikan jawaban.
Jadi, tak ada yang musti kita takutkan,
bila akhirnya kita akan tetap
sampai pada kematian:
sendiri merasakan puncak kepedihan...

2 komentar:

Mia Umiyati mengatakan...

"Masih ada harapan sebelum mati..."


setuju...

Hujan Di Awal Maret mengatakan...

^_^

YM_an yukkk... ^_^

 
Copyright (c) 2010 Sepotong Episode Antara Hujan Di Bulan Desember. Design by WPThemes Expert
Themes By Buy My Themes And Cheap Conveyancing.