Senja kali ini memaksaku untuk
bercerita tentangmu
Dengan lantang aku bercerita
tentangmu
Bibirku kelu setengah mati saat
angan tentangmu bermain diatas kepalaku
Senja mengatakan, “Teruslah
bercerita.”
Berulang-ulang. Dalam riang, aku
ceritakan bagaimana caramu
membuatku terbahak hanya karena lelucon konyol.
membuatku terbahak hanya karena lelucon konyol.
Dalam ceria, aku ceritakan bagaimana
caramu
membuatku bangkit dalam keterpurukkan.
membuatku bangkit dalam keterpurukkan.
Dalam senyum, aku ceritakan
bagaimana
caramu membuatku terpaku hanya padamu.
caramu membuatku terpaku hanya padamu.
Dan dalam hening, aku ceritakan
bagaimana
caraku mencintaimu.
caraku mencintaimu.
Dalam sunyi, aku ceritakan bagaimana
aku memeluk bayangmu sekian lama dan tak pernah ku lepas.
aku memeluk bayangmu sekian lama dan tak pernah ku lepas.
Dalam senyap, aku ceritakan
bagaimana
tersiksanya aku akan rindu untukmu.
tersiksanya aku akan rindu untukmu.
Dalam sepi, aku ceritakan bagaimana
caraku menangis karenamu.
Dalam diam aku ceritakan bagaimana
aku mengagumimu
Aku selalu tak punya jawaban setelah
Beberapa hari sebelum kita berpisah, atau bahkan beberapa jam? Aku tak persis
tahu. Banyak yang ingin kuucapkan, tapi sepertinya ucapan itu sudah tak
beraksara lagi. Percakapan kita di antara malam itu, telah menanamkan benih kehancuran dalam
hidupku dan sebentar lagi, aku akan mati. Perasaan yang tak sanggup ku ungkapkan yang
membunuhku perlahan bukan dirimu.
Hey, Paragraf, aku titipkan kalimat
ini:
Aku sangat menyayangimu.,, Tahukah
kamu?
P.S
“Terima-kasih
untukmu karena kau telah menjadi bagian dari ceritaku. Semuanya tentangmu,
tentangmu yang menjadi inspirasiku. Hujan, seandainya saja aku bisa
memutar kembali waktu itu. Aku hanya ingin kembali ke masa itu. Ke bulan
Desember dimana akan ku ungkapkan semua perasaanku”
0 komentar:
Posting Komentar